Jumat, 08 November 2013

semoga panjang umur

selamat ulang tahun,semoga panjang umur
Kalimat di atas merupakan kalimat yang biasa kita dengar sebagai ucapan selamat untuk ulang tahun seseorang. Dulu, aku juga melakukan hal yang sama. Sekedar mengikuti kebiasaan orang-orang, "semoga panjang umur" selalu menjadi doa yang selalu terselip di setiap ucapan ulang tahun dariku.

Sampai akhirnya, suatu waktu, sudah lama sekali. Mungkin SMP. Saat aku dan adik-adikku patungan membelikan hadiah ulang tahun untuk ibu. Tidak mewah, hanya sepaket makanan ringan yang ibu sukai, lengkap dengan surat di dalamnya. Ucapan selamat ulang tahun, doa-doa sederhana, termasuk doa "semoga panjang umur" tertulis disitu.

Ketika membaca surat itu, ibu lalu bertanya, "Semoga panjang umur? Memangnya kalian ingin umur ambu (panggilan kami untuk ibu) sampai sepanjang apa?" Sebuah pertanyaan sederhana yang membuatku tak bisa menjawabnya. Iya juga, memangnya aku ingin beliau hidup sampai umur berapa? Lagipula bukan panjangnya umur yang Allah lihat, tapi digunakan untuk apa umur itu. Percuma umur panjang tapi manfaat yang diberikan sedikit. Sebaliknya, akan lebih baik jika meninggal di usia muda dengan manfaat yang ditinggalkannya segudang. Begitu pikirku.

Sejak saat itu, aku tak pernah lagi mendoakan "semoga panjang umur" dalam setiap ucapan selamat ulang tahunku. Malah pernah temanku mendoakannya untukku tapi lalu kuprotes, "Jangan didoain selamat panjang umur,ah."

Tapi akhir-akhir ini aku malah berpikir, justru harus panjang umur. Harus. Tapi kali ini aku memaknainya dengan konteks yang berbeda. Bukan panjang umur selama hidup di dunia, apalagi umur kita tak ada yang tahu sampai kapan. Tapi panjang umur saat diri kita justru telah terbalut kain kafan dan terkubur di dalam tanah. Umur kita setelah kita tiada, harus melebihi umur kita selama hidup di dunia.

Di saat kita telah tiada, orang-orang masih mengingat kita, manfaat kita masih dirasakan oleh mereka. Walaupun kita secara jasad sudah tak ada, tapi kita masih "hidup" karena keberadaan kita masih terasa oleh mereka. Aku berharap, justru "kehidupan" kita setelah kita mati itulah yang seharusnya lebih panjang. Bukan panjang umur ketika ruh berada dalam jasad, tapi panjang umur setelah ruh pergi dari jasadnya.

Kupikir, sekarang aku akan menggunakan doa itu lagi. Untuk yang sedang berulang tahun, ah tidak, untuk semua orang di dunia ini, termasuk untukmu yang sedang membaca tulisanku ini, semoga panjang umur ya.. Begitu juga aku, semoga aku panjang umur. Aamiin.. :) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar